A. MATERIALITAS
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam menentukan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. FSAB mendefinisikan materialitas sebagai �besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut�
B. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan keuangan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kita mengacu hal tersebut sebagai pertimbangan materialitas awal. Dinamakan pertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini profesional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penilaian
Beberapa faktor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan materialitas awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam konsep materialitas adalah sebagai berikut:
1. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil, sebaliknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menentukan semua acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.
2. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materilaitas. Karena materialitas adalah konsep yang relatif, sehingga sangat penting untuk memilki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.
3. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas. Beberapa salah saji kemungkinan menjadi lebih penting dibandingkan salah saji lainnya bagi para pengguna laporan, meskipun nilai nominalnya sama. Berikut contohnya:
� Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting daripada kesalahan yang tidak disengaja untuk jumlah nominal uang yang sama karena kecurangan merefleksikan kejujuran dan keandalan manajemen atau personel lainnya yang terlibat.
� Salah saji yang dianggap tidak penting dapat menjadi material jika terdapat kemungkinan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kewajiban kontraktual tersebut.
� Salah saji yang dianggap tidak maaterial dapat menjadi material jika salah saji tersebut berpengaruh pada tren laba.
Panduan Ilustrasi
Standar akuntansi dan standar audit tidak memberikan panduan khusus mengenai materialitas bagi para praktisi. Masalahnya adalah bahwa panduan semacam itu mungkin dapat diterapkan tanpa pertimbangan kompleksitas yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam mengambil keputusan akhir.
Penerapan pada PT. Perkakas Prima
Jika auditor PT Perkakas prima memutuskan bahwa panduan umum diatas adalah wajar, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah ada faktor kualitatif yang secara signifikan memengaruhi penilaian materialitas.
C. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)
Pengalokasian pertimbangan material awal kestiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit perbagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Jika para auditor memiliki penilaian materialitas awal untuk setiap bagian, hal itu akan membantu mereka dalam memutuskan bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan.
Ketika auditor mengalokasikan pertimabngan materialitas awal pada saldo-saldo akun, materialitas yang dialokasikan kesetiap saldo akun yang dimaksudkan dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat diterima.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam menalokasikan materialitas kedalam akun-akun neraca.
1. Auditor memperkirakanakun-akun tertentu memilki salah saji yang lebih banyak dibandingkan dengan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relatif memengaruhi alokasi tersebut.
Ilustrasi Alokasi
Pendekatan dalam pengalokasikan yang dilakukan oleh senior, Mira Abadi, untuk PT Perkakas Prima. Pendekatan ini mengikhtisarkan neraca,gabungan beberapa akun, menunjukkan alokasi total materialitas yang dilakukan oleh Mira, menggunakan penilaian dalam pengalokasian, yang menggunakan dua ketentuan subjektif yang ditentukan oleh Budiman, Jumadi & Rekan.
� Salah saji yang dapat diterima untuk setiap akun tidak boleh melebihi 60 persen dari penilaian awal (60 persen dari Rp 442.000.000 = Rp 265.000.000- dibulatkan )
� Jumlah dari semua salah saji yang dapat diterima tidak boleh lebih dari dua kali pertimbangan materialitas awal (2 x Rp. 442.000.000 = Rp884.000.000).
Ketentuan pertama digunakan untuk memastikan agar auditor tidak mengalokasikan semua materialitas total kedalam satu akun. Jika, misalnya semua penilaian awal sebesar Rp442.000.000 dialokasikan pada akun piutang dagang sa;lah saji sebesar Rp442.000.000 dalam akuntersebut dapat diterima. Namun , salah saji yang sangat besar dalam satu akun tersebut mungkin tidak dapat diterima, dan meskipun diterima, hal ini menyebabkan tidak diperbolehkan adanya salah saji di akun-akun lain.
Terdapat dua alasan untuk ketentuan kedua, yang mengizinkan jumlah total salah saji yang dapat diterima untuk melebihi materialitas keseluruhan.
� Tidak mungkin semua akun akan salah saji sebesar jumlah total salah saji yang dapat diterima.
� Beberapa akun kemungkinan mengalami lebih saji, sedangkan lainnya kemungkinan menagalami kurang saji, yang mengakibatkan jumlah bersihyang mungkin lebih kecil daripada yang diperkirakan dalam penilaian awal.
D. MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL
Ketika para auditor malakukan prosedur audit untuk setiap bagian pengauditan, mereka menyimpan kertas kerja dari semua salah saji yang ditemukan. Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis, yaitu salahsaji yang diketahui, dan salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji diman auditor dapat menentukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Terdapat dua jenis salah saji yang mungkin. Pertama, salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.
E. RISIKO
Ilustrasi Terkait dengan Risiko dan Bukti Audit
Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasikan lebih lanjut potensi salah saji dalam laporan keuangan secara keseluruhan dan saldo-saldo akun tertentu, kelompok- kelompok transaksi dan pengungkapan.
F. MODEL RISIKO AUDIT DAN PERENCANAAN
Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan model risiko audit. Model ini berasal dari literatur profesional dalam PSA 26 (SA 350) tentang pengujian sampel audit dan dalam PSA 25 (SA 312) tentang materialitas dan risiko.
Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya.
G. JENIS-JENIS RISIKO
Masing-masing dari keempat risiko dalam model audit cukup penting untuk dibahas secara terperinci.
1. Risiko Deteksi yang Direncanakan ( Planned Detection Risk)
Risiko deteksi yang direncanakan merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat diterima.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan dikumpulkan oleh auditor, yang berbanding terbalik dengan ukuran risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko audit yang direncanakan dikurangi, maka auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai pengurangan risiko yang direncanakan.
2. Risiko Bawaan ( Inherent Risk)
Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal klien. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji adalah tinggi.
Risiko bawaan berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanakan dan berbanding lurus dengan bahan bukti.
3. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalaian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko bawaan dengan risiko pengendalian. Menurut PSA 25 (SA 312) , gabungan dari risiko pengendalian dan risiko bawaan dinamakan risiko salah saji material ( risk of material misstatement). Auditor dapat melakukan penilaian secara terpisah untuk risiko bawaan dan risiko pengendalian.
4. Risiko audit Yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam lapooran keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
Sering kali, auditor menggunakan istilah keyakinan audit (disebut juga keyakinan keseluruhan atau tingkat keyakinan, dibandingkan istilah risiko audit yang dapat diterima. Keyakinan audit atau istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap dari risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu dikurangi dengan risiko audit yang dapat diterima.
Perbedaan Antara Risiko-Risiko Dalam Model Risiko Audit
Terdapat perebedaan yang penting mengenai bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan risiko yang sanggup diterima oleh KAP bahwa terdapat salah saji dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan, berdasarkan beberapa faktor terkait klien. Risiko bawaan dan risiko pengendalian ditetapkan berdasarkan ekspektasi atau prediksi auditor terhadap kondisi klien. Risiko deteksi sepenuhnya sangat bergantung pada tiga faktir risiko lainnya. Risiko deteksi hanya dapat ditentukan setelah auditor menilai ketiga risiko lainnya.
H. MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
1. Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit Yang Dapat Diterima
Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor KAP akan mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah benar. risiko kontrak kerja sangat terkaiterat dengan risiko bisnis klien.
Sangat penting untuk dicatat bahwa auditor tidak menyetujui mengenai apakah risiko kontrak kerja harus dipertimbangkan dalam perencanaan audit .
2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Risiko Audit
Ketika auditor memodifikasi bukti untuk risiko kontrak kerja, hal ini dilakukan dengan mengendalikan risiko audit yang dapat diterima.
� Tingkat ketergantungan pengguna eksternal laporan keuangan. Ketika pengguna eksternal sangat mengandalkan laporan keuangan, maka sangat tepat untuk menurunkan risiko audit yang dapat diterima. Ketika laporan keuangan menjadi sangat diandalkan, masalah sosial yang besar dapat terjadi jika salah saji yang signifikan tetap tidak terdeteksi dalamlaporan keuangan. Beberapa faktor berikut meruapakan indikator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna terhadap laporan keuangan.
� Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas pengguna laporan keuangan.
� Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan publik umumnya diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan tertutup lainnya.
� Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memeilki sejumlah besar liabilitas, kreditor yang ada atau pun para calon kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang memilki lebih sedikit liabilitas.
� Kemungkinan klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit diteerbitkan jika klien terpaksa mengumumkan kebangkrutannya atau mengalami kerugian yang sangat besar setelah audit selesai dilaksanankan, auditor akan mengahadapi kemungkinan yang lebih besar untuk mempertahankan kualitas auditnya dibandingkan jika klien tidak mengahdapi kesulitan keuangan.
� Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal ini mengindikasikan adanya masalah dimasa mendatang dalam pembayaran utang-utangnya.
� Laba rugi ditahun-tahun sebelumnya. Ketika suatu perusahaan secara cepat mengalami penurunan laba atau peningkatan kerugian dalam beberapa tahun, auditor harus mengenali adanya masalah dalam kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban yang kemungkinan akan dihadapi oleh klien.
� Metode pertumbuhan pembiayaan. Makin tinggi ketegantungan klien terhadap utang sebagai alat pembiayaan, makin besar risiko kegagalan keuangan jika kegiatan operasi klien mengalami penurunan.
� Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya.
� Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara terus menerus akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan memodifikasinya dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh dari masalah jangka pendek.
Evaluasi auditor terhadap intergritasmanajemen
Perusahaan- perusahaan dengan integritas yang rendah sering kali menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat menimbulkan konflik dengan para pemgang sahamnya, pemerintah dan pelanggannya. Pada akhirnya konflik tersebut sering kali tercermin dalam persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan ketidak setujuan lainnya.
Membuat keputusan risiko audit yang dapat diterima
Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor pertama kali harus menilai setiap faktor yang memengaruhi risiko audit yang dapat diterima. Evaluasi yang biasanya dilakukan untuk risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang, atau rendah, dimana risiko audit yang dapat diterima rendah berarti bagi klien yang �berisiko� harus mendapatkan bukti yang lebih banyak, penugasan staf audit yang lebih berpengalaman, dan/ atau penelaahan yang lebih mendalam atas dokumentasi audit.
I. MENILAI RISIKO BAWAAN
Masuknya risiko bawaan dalam model risiko audit merupakan salah satu konsep penting dalam pengauditan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bawaan
Auditor harus meniali faktor-faktor yang menyusun risiko dan memodifikasi bukti audit yang akan dijadikan bahan pertimbangan. Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama berikut ketiak menilai risiko pengendalian.
� Sifat bisnis klien. Risiko bawaan untuk beberapa akan dipengaruhi oleh sifat bisnis klien.
� Hasil pengauditan sebelumnya. Salah saji yang ditemukan dalam pengauditan tahun sebelumnya memiliki kecenderungan untuk terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji yang bersifat sistemis, dan perusahaan cenderung lambat dalam melakukan perusahaan untuk menghilangkan kesalahan tersebut.
� Kontrak kerja yang pertama atau kontrak kerja yang berulang auditor mendapatkan pengalaman dan pengetahuan atas kemungkinan salah saji setelah mengaudit suatu klien selama beberapa tahun.
� Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa transaksi antara induk dan anak perusahaan, dan antara manajemen dengan entitas perusahaan, merupakan contoh transaksi dengan pihak-pihak yang istimewa sebagaimana yang didefinisikan dalam PSAK 57.
� Transaksi-transaki yang tidak rutin transaksi yang tidk biasa bagi klien cenderung untuk dicatat dengan tidak benar dibandingkan dengan transaksi yang sifatnya rutin karena sering kali tidak memiliki pengalaman dalam mencatat transaksi yang tidak biasa tersebut.
� Penilaian yang diperlukan untuk mencatat saldo-saldo akun dan transaksi-transaksi dengan benar banyak saldo akun seperti penyisihan piutang tak tertagih, persediaan yang usang, liabilitas garansi, perbaikan besar dibandingkan dengan penggantian sebagian atas aset-aset, dan kerugian cadangan pinjaman bank yang memerlukan banyak penilaian manajemen dan estimasi.
� Membuat populasi Sering kali setiap unsur yang membentuk populasi juga memengaruhi espektasi auditor terhadap salah saji material.sebagian auditor menetapkan resiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang dahang yang sebagian besar saldonya melebihi tanggal tempo di bandingkan dengan jika saldonya sebagian besar belum jatuh tempo.
� Faktor-faktor yang terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset Resiko kecurangan dapat di ukur untuk keseluruhan pengauditan atau persiklus akun dan tujuannya, sebagai contoh, adanya insentif yang kuat untuk manajemen untuk mencapai espektasi laba yang telalu agresif dapat memengaruhi penaguditan secara keseluhan, sedangkan kerentanan persediaan untuk di curi hanya akan berpengaruh pada akun persediaan.
� Membuat keputusan risiko bawaan Auditor harus mengevaluasi informasi yang dapat memengaruhi resiko bawaan dan memengaruhi faktor resiko bawaan yang tepat untuk setiap siklus, akun dan untuk setiap tujuan audit.
� Mendapatkan informasi untuk menilai risiko bawaanAuditor mulai melakuka penilaian atas resiko bawaan selama fase perencanaa dan memperbarui penilaian tersebut di sepanjang pengauditan.
J. HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA RISIKO
Umumnya auditor menangani resiko dengan cara mengubah keluasan pengujian dan jenis prosedur audit, termasuk menerapkan ketidakpastian dalam prosedur audit yang di gunakan.Selain melakukna modifikasi buikti audit,terdapat dua cara lain dimana auditor dapat mengubah auditnya untuk menangani resiko-resiko.
1. Konrak kerja munkin memerlukan lebih banyak staf yang berpengalaman. KAP harus menugaskan staf yang kompoten dalam semua kontrak kerja.untuk klien dengan resiko audit yang dapat diterima rendah, perhatian khusus sangat tepat di berikan pada penugasan staf, dan pentingnya skeptisme profesional harus di tekankan.
2. Kontrak kerja harus di telah dengan hati-hati dari pada biasanya.KAP harus yaki bahwa penelahan yang memadai atas arsip-arsip audit yang mendokumentasikan perencanaan auditor, pengumpulan bukti dan pengumpulan bukti dan kesimpulankesimpulan dan hal-hal dalam pengauditan.jika resiko audit yang dapat diterima rendah, penelahan yang lebih meluas sering kali sangat diperlukan, termasuk penelahan yang dilakukan oleh personel yang tidak di tugaskan dalam konrak kerja tersebut. jika resiko salah saji material (gabungan antara resiko pengendalain dengan resiko bawaan) adalah tinggi untuk beberapa akun, besar kemungkian menelahharus meluangkan lebuh banyak waktu untuk meyakinkan bahwa bukti auditnya sudah tepat dan sudah di evaluasi dengan benar.
Resiko Audit Untuk Setiap Bagian
Resiko audit yang dapat di terima biasnya di ukur oleh auditor selam fase perencanaan dan tetap konstan untuk setiap siklus dan akun utama,.auditor biasanya menggunakaan resiko audit yang dapa di terima yang sama untuk setiap bagian karena faktor-faktor memengaruhi resiko audityang dapat diterima terkait dengan keseluruhan pengauditan, bukan pada masing-masing akun.sebagai contoh, tingkat ketergantungan para pengguna external yang tinggi terhadap laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan hanya bsatu atau dua akun saja.
Menghubungkan Salah Saji dan Resiko Yang Dapat Diterima dengan Tujuan Audit Terkait Saldo
Merukan suatu hal yang umum dalam praktinya untuk mengukur resiko bawaan dan resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait saldo, namun tidak laim untuk mengalokasikan materialitas ke dalam setiap tujuan tersebut.
Keterbatasan dalam Pengukuran
Salah satu kekurangan dalam penerapan model resiko audit adalah kesulitan dalam pengukuran komponen-kemponen resiko dalam model tersebut.
Pengujian Terperinci Kertas Kerja Perencanaan-Bukti
Dalam prakteknya auditor mengembangkan beragam kertas kerja untuk membantu dalam mengaitkan pertimbangan-pertimbangan yang memengaruhi bukti audit dengan pengumpulan bukti yang tepat.
� Salah saji yang dapat diterima .pengukuran materialitas awal ditetapkan sebesar Rp442.000.000 (sekitar 6 persen dari laba operasi Rp7.370.000.)ia mengalokasikan Rp265.000.000 untuk audit atas piutang dagang .
� Risiko audit yang dapat diterima.Mira menilai risiko audit yang dapat diterima tinggi karena kondisi keuangan perusahan yang baik ,integritas manajemen yang tinggi ,dan pengguna laporan keuangan yang relatif sedikit jumlah nya.
� Risiko bawaan. Mira menilai risiko bawaan sedang untuk tujuan nilai keberadaan dan pisah batas, karena perhatian utamanya pada pengakuan pendapatan.
K. HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan resiko dalam udit sangat berkaitan erat dan tidajk dapt di pisahkan.Resiko merupakan ukuran atas ketidakpasian. Sedangkan materialitas merupakan ukuran besaran atau tinggi rendahny.bersama-sama keduanya mengukur jumlah ketidakpastian dala suatu besaran tertentu.
L. MENGEVALUASI HASIL
Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil-hasil audit dapat dinyatakan dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model risiko audit. Antara lain:
AcAR = IR x CR x AcDR
Dimana:
AcAR = Risiko audit yang dicapai (Achieved Audit Risk )
Yaitu sebuah ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam L/K secara material salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.
IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk )
Yaitu faktor risiko bawaan yang telah dibahas dalam perencenaan kecuali telah direvisi sebagai hasil dari informasi baru.
CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )
Yaitu risiko pengendalian yang sama yang telah dibahas kecuali telah direvisi selama audit.
AcDR = Risiko penemuan yang dicapai ( Achieved Detection Risk )
Yaitu sebuah ukuran dari risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut ada. Auditor dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai hanya dengan mengumpulkan bahan bukti.
Rumusan itu menunjukan bahwa terdapat tiga cara utnuk mengurangi tingkat risiko audit yang tercapai hingga mencapai suatu tingkat risiko yang dapat diterima:
1. Mengurangi risiko bawaan. Karena risiko bawaan dinilai oleh auditor berdasarkan kondisi klien, penilaian ini diselesaikan selama perencanaan dan biasanya tidak berubah kecuali fakta-fakta baru terbuka saat audit berjalan.
2. Mengurangi risiko pengendalian. Risiko pengendalian yang dinilai, dipengaruhi oleh pengendalian internal dari klien dan pengujian auditor terhadap pengendalian itu.
3. Mengurangi risiko deteksi dengan meningkatkan uji audit substantif. Auditor mengurangi risiko deteksi yang dicapai dengan mengumpulkan bukti menggunakan prosedur analitis, tes substantive dari transaksi dan tes dari rincian saldo.
Merevisi Risiko dan Bukti
Model risiko audit adalah sebuah model perencanaan dan selanjutnya dapat dipergunakan secara terbatas dalam melakukan evaluasi atas hasil-hasil audit.
Dalam situasi ini auditor sebaiknya mengikuti pendekatan dua langkah, antara lain:
1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang risiko yang wajar. Adalah pelanggaran jika membiarkan penilaian awal tidak diubah jika auditor tahu itu adalah tidak wajar.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap bukti yang diharuskan, tanpa penggunaan model risiko audit. Penelitian dalam bidang audit telah menunjukkan, jika risiko yang direvisi digunakan dalam model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi yang direncanakan, yang juga telah direvisi, ada bahaya dari tidak meningkatkannya bukti secara memadai.
0 komentar:
Posting Komentar